spot_img
MedanHari Ulos Nasional 17 Oktober 2023 Dirayakan, DPRD Medan Paul Simanjuntak Apresiasi:...

Hari Ulos Nasional 17 Oktober 2023 Dirayakan, DPRD Medan Paul Simanjuntak Apresiasi: Kain Ulos 1000 Meter Akan Diarak Keliling Danau Toba Hingga Kota Siantar

MEDAN, Metropos24.com–Anggota DPRD Medan Paul Mei Anthon Simanjuntak mengapresiasi persiapan gelar

“Memperingati Hari Ulos Nasional yang jatuh pada Tanggal 17 Oktober 2023 mendatang, “Kyan Ulos” bersama masyarakat yang diakomodir oleh Yayasan Pusuk Buhit, akan mengarak kain ulos sepanjang 1000 meter keliling kawasan Danau Toba hingga mampir ke Kota Pematang Siantar,” tutur Paul Simanjuntak mantan Ketua Komisi IV DPRD Medan.

Dijelaskannya, bahwa “Koordinator Hari Ulos Nasional 2023 dari Yayasan Pusuk Buhit, Raja Hasoge Timbul Panjaitan, dan pemilik (pemilik) Kyan Ulos, Fony Sitanggang, kepada Mistar.id saat ditemui di galerinya yang beralamat di Jalan Melanthon Siregar no 227, Kota Pematang Siantar, mengatakan kegiatan bahwa itu akan dilaksanakan selama tiga hari,” tuturnya.

Dijelaskannya lagi bahwa
“Ulos sepanjang 1.000 meter itu nantinya akan diarak keliling kawasan Danau Toba, bahkan juga sampai ke Kota Pematang Siantar, mulai 16, 17 dan 18 Oktober 2023 mendatang seperti yang diungkapkan Raja Hasoge, itu patut kita apresiasi.

Disebutnya bahwa seperti ungkapan Raja Hasoge mengatakan “Kegiatan tersebut berawal dari ditetapkannya ulos atau kain tradisional khas suku Batak, Sumatera Utara sebagai satu di antara warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 17 Oktober 2015,” tutur Paul

Ulos adalah kain tenun hasil kerajinan khas Batak yang berupa selendang. Ulos melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya. Selain sebagai simbol ikatan antara orangtua dan anak, Ulos juga digunakan untuk menghangatkan
Selain itu, lanjut dia, perayaan ulos nasional tahun 2022 berlangsung sukses dipusatkan di Kabupaten Samosir. Kyan Ulos bersama masyarakat di Samosir berhasil mengarak kain ulos sepanjang 700 meter. Melewati beberapa perkampungan atau desa Samosir sepanjang 32 kilometer.

Kita senang agenda digelar “Di awali nanti Tanggal 15 Oktober mengarak ulos 1000 meter ini dari Jembatan Tano Ponggol, mengarah ke Tele, kemudian masuk Doloksanggul. Kemudian tanggal 16 titik berkumpul di Universitas Sisingamangaraja, Tapanuli Utara. Lalu menuju ke Kabupaten Toba,” papar Raja Hasoge.

Kemudian dilanjutkan tanggal 17 Oktober 2023 sudah tiba di Parapat. Pihaknya berharap arak-arakan kain ulos 1000 meter itu disambut oleh Pejabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Hassanudin.

“Tanggal 18 Oktober 2023 kain ulos 1000 meter menuju kota kita, Kota Pematang Siantar, nanti dimulai di Universitas HKBP Nommensen. Nantinya, akan melewati beberapa titik wilayah pusat Kota sampai di Rindam I/BB Pematang Siantar,” terangnya.

Masih di hari yang sama, kata Raja Hasoge, arak-arakan kain ulos 1000 meter itu akan singgah ke kantor Bupati Simalungun, terus melanjut lagi ke Sidikalang, Kabupaten Dairi. “Malamnya kami akan kembali ke tanah ponggol Pangururan, Samosir dan sekaligus lah acara penutupan,” tuturnya.

Proses Pembuatan Ulos 1000 meter bersama Kyan Ulos
Pemilik (owner) Kyan Ulos, Fony Sitanggang, menceritakan kepada Mistar.id proses pembuatan kain ulos sepanjang 1000 meter merupakan karya tangan para profesional pembuat tenun langsung yang merupakan asuhannya sendiri.

“Ulos yang akan diarak tersebut merupakan sebuah inovasi terbaru dalam pembuatan ulos  karena perpaduan antara tenun tangan (gedogan) dengan tenun manual. Tidak memakai tenun mesin. Semuanya hasil kreativitas tangan para penenun UMKM yang kami bina,” jelas Fony.
Dalam masa dua minggu, kata dia, para penenun tersebut mampu membuat 100 meter atau 50 ulos.

“Sebenarnya tidak bisa kita patokan 100 meter. Itu tergantung alat tenunnya. Untuk 100 meter itu sudah maksimal. Bisa saja kurang dari itu. Maka penenun akan menggunting, dan membuat yang baru lagi. Begitulah seterusnya,” ucapnya.

Wanita penerima penghargaan Siddhakarya Tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Paramakarya Tingkat Nasional ini aktif melakukan berbagai upaya dalam pengembangan kain tenun ulos sekaligus melakukan pelatihan kepada para perajin.
Menurutnya, selain ingin melestarikan ulos sebagai warisan budaya Indonesia, pastinya hal ini bisa meningkatkan perekonomian para penenun. Khususnya para ibu rumah tangga yang dapat membantu perekonomian keluarganya.
“Saya mendapatkan penghargaan hingga dua kali, semuanya berawal dari ulos. Saya dedikasikan kepada masyarakat, bahwa ulos ini benar-benar bisa memberikan peluang lapangan kerja bagi yang belum mendapatkan pekerjaan atau kemiskinan,” tegas Paul.

Makanya, kita patut menghargai mereka menggandeng para penenun yang home industri. Dan ini pun yang 1000 meter saya ambil ibu-ibu, ada juga 3 orang anak muda. Jadi kami seluruhnya mengerjakan ulos 1000 meter itu sekitar lebih kurang 15 orang,” tukasnya.
Lalu, darimana biaya pembuatan ulos sepanjang 1000 meter tersebut? Ini adalah sumbangsih dari seluruh perajin tenun ulos. Ulos dan biaya lainnya yang digunakan merupakan swadaya dari masyarakat. Dana gotong royong. Kain ulos ini tidak hanya jadi kebanggan masyarakat Sumatera Utara, tapi juga jadi kebanggan masyarakat Indonesia, seperti Fony dengan semangat,” tuturnya.

Menyikapi hal itu Paul Simanjuntak menuturkan,
“Kain ulos ini menjadi simbol ikatan kasih sayang yang diharapkan bisa seperti rotan atau yang disebut hotang oleh dalam bahasa Batak. Rotan terkenal sebagai bahan pengikat yang sangat kuat, sehingga filosofi itu menjadi doa bagi pengantin baru untuk tetap terikat kuat dalam mengarungi bahtera rumah tangga!” imbuhnya mengakhiri.

Nurlince Hutabarat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
spot_img
spot_img

Baca Juga

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme